Sanggar Tari Pringgondani Depok Sabet 4 Piala di Lomba Tari Tradisional Depok Literacy Fest 2025
Depok, November 2025 — Kabar membanggakan datang dari dunia seni dan budaya Kota Depok. Dalam ajang Lomba Tari Tradisional yang menjadi bagian dari rangkaian Depok Literacy Fest 2025, Sanggar Tari Pringgondani berhasil menyabet Empat piala sekaligus melalui para penari binaannya. Prestasi ini menjadi bukti nyata bahwa pelestarian seni tradisi masih hidup dan berkembang pesat di tengah arus modernisasi.
Ajang Literasi yang Merangkul Budaya
Depok Literacy Fest 2025 bukan sekadar perayaan literasi baca-tulis, tetapi juga wadah besar untuk memperluas makna literasi itu sendiri — termasuk literasi budaya. Acara tahunan yang digelar Pemerintah Kota Depok Dinas Kearsipan dan Perpustakaan bersama Dinas Pendidikan ini mengusung semangat “Membaca, Menulis, dan Menari untuk Merangkai Identitas Bangsa.”
Melalui lomba tari tradisional, panitia ingin menunjukkan bahwa kemampuan memahami dan mengekspresikan nilai budaya lokal juga merupakan bentuk literasi penting. Kegiatan ini diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai sekolah dasar, sanggar seni, dan komunitas budaya di wilayah Depok dan sekitarnya.
Deretan Juara: Bukti Semangat dan Kreativitas Anak Negeri
Dari puluhan peserta yang tampil dengan kostum dan koreografi memukau, tiga penampilan berhasil mencuri perhatian dewan juri dan penonton:
- Juara 1 (Kategori SD) : SD Negeri Curug 5 Cimanggis, Depok dengan Tarian Jaya Perbangsa — menggambarkan semangat kepahlawanan dan kebanggaan terhadap jati diri bangsa.
- Juara Harapan 1 (Kategori SD) : SD Negeri Harjamukti 2 dengan Tarian Sancang Gugat — sarat pesan moral tentang perjuangan, keadilan, dan kesetiaan terhadap tanah air.
- Juara 2 (Kategori SMP) : Tim Tari PRG ( Gabungan SMPN 3, 11, dan 12 Kota Depok ) dengan Tarian Gogige Gokil — memadukan gerak humoris, energik, dan penuh warna, mencerminkan kreativitas generasi muda yang berakar pada tradisi.
- Juara Harapan 2 (Kategori SMP) : SMP Negeri 23 Depok dengan Tarian Nyi Bentang Ronggeng — tentang motivasi dan ketulusan seorang penari wanita dalam mencintai, memiliki, dan melestarikan seni budaya Indonesia di era milenial untuk meraih prestasi dan menjadi bintang. Judul ini merupakan gabungan dari "Nyi" (sebutan wanita), "Bentang" (bintang), dan "Ronggeng" (penari).
Sanggar Tari Pringgondani: Melestarikan Tradisi Lewat Generasi Muda
Sanggar Tari Pringgondani Depok bukan nama baru dalam dunia seni tradisional. Berdiri dengan misi melestarikan dan memperkenalkan kekayaan budaya Nusantara, sanggar ini konsisten melatih anak-anak dan remaja agar mencintai seni tari tradisional sejak dini.
Prestasi di Depok Literacy Fest 2025 bukanlah pencapaian pertama mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, Sanggar Pringgondani juga aktif mengikuti berbagai festival budaya tingkat kota dan provinsi. Dedikasi pelatih dan penari muda mereka berhasil menghidupkan kembali antusiasme masyarakat terhadap seni tari tradisi, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Menurut salah satu pembina sanggar, pencapaian ini bukan hanya tentang piala, tetapi tentang melestarikan nilai-nilai luhur di balik setiap gerak tari. “Anak-anak sekarang perlu tahu bahwa setiap tarian punya cerita dan filosofi. Melalui menari, mereka belajar tentang sejarah, karakter, dan kebanggaan terhadap budaya sendiri,” ujarnya.
Makna Literasi Budaya dalam Gerak Tari
Menari bukan sekadar soal keindahan gerak, tetapi juga cara menyampaikan pesan dan pengetahuan. Dalam konteks literasi budaya, seni tari menjadi sarana efektif untuk memperkenalkan sejarah, nilai moral, serta kearifan lokal kepada generasi muda.
Tarian seperti Jaya Perbangsa, Gogige Gokil, dan Sancang Gugat merupakan contoh nyata bagaimana ekspresi artistik dapat menjadi media edukatif yang menyenangkan. Setiap gerak, kostum, dan musiknya membawa simbol-simbol kehidupan masyarakat Indonesia yang kaya akan makna.
Dengan demikian, partisipasi sanggar dan sekolah dalam lomba tari tradisional ini tidak hanya memperkuat minat anak-anak pada seni, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya sendiri — fondasi penting dalam membangun literasi yang utuh dan berkarakter.
Antusiasme Penonton dan Dukungan Pemerintah
Ajang lomba tari tradisional di Depok Literacy Fest 2025 ini juga mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Depok Open Space tempat acara berlangsung dipenuhi penonton dari berbagai kalangan — mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, hingga orang tua yang dengan bangga menyaksikan penampilan anak-anak mereka.
Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Kearsipan dan Perpustakaan serta Dinas Pendidikan memberikan apresiasi tinggi terhadap semangat peserta dan para pembina seni. Dalam sambutannya, perwakilan panitia menyampaikan bahwa acara seperti ini akan terus dikembangkan sebagai agenda tahunan, agar semakin banyak generasi muda yang terlibat aktif dalam pelestarian budaya lokal.
Dampak Positif bagi Generasi Muda
Keterlibatan anak-anak dalam kegiatan seni seperti lomba tari tradisional tidak hanya mengasah keterampilan estetika, tetapi juga melatih disiplin, kerja sama tim, kepercayaan diri, dan kecintaan terhadap warisan budaya.
Selain itu, melalui festival seperti Depok Literacy Fest, mereka belajar bahwa literasi tidak terbatas pada membaca buku, tetapi juga membaca makna di balik budaya, simbol, dan ekspresi seni.
Penutup: Tari, Literasi, dan Identitas Bangsa
Keberhasilan Sanggar Tari Pringgondani dan peserta lainnya di ajang Depok Literacy Fest 2025 adalah bukti bahwa seni tradisional masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat, khususnya generasi muda.
Lewat gerak tari, mereka tak hanya menampilkan keindahan, tetapi juga menulis cerita tentang siapa kita sebagai bangsa yang kaya akan budaya.
Semoga prestasi ini menjadi inspirasi bagi sekolah, sanggar, dan komunitas lain untuk terus berkarya, berinovasi, dan menjaga api kebudayaan agar tetap menyala di tengah dunia modern yang terus berubah.
#SanggarTariPringgondani #DepokLiteracyFest2025 #TariTradisional #BudayaDepok #LiterasiBudaya #TariGogigeGokil #TariSancangGugat #JayaPerbangsa #PelestarianBudaya













